Better to write for yourself and have no public, than to write for the public and have no self. -Cyril Connolly (1903-1974)
Sunday, December 20, 2009
Hakikat kezuhudan
Saya ingin mencari makna kezuhudan. Kerana, saya ingin menang dalam perlumbaan mencapai keampunan Tuhan.
"Dan bersegeralah kamu ke arah keampunan daripada Tuhanmu dan syurga yang seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (ali-'Imran: 133)
Untuk menang, saya perlu menambah nilai-nilai "distinctive" dalam diri. Nilai-nilai ini yang boleh diteladani daripada kehidupan Rasulullah S.A.W. dan para sahabat. Nilai-nilai seperti zuhud, malu, warak, dan bijaksana adalah sifat-sifat yang boleh meninggikan taqwa saya, justeru menjadikan saya lebih ke hadapan dalam perlumbaan ini. Kali ini, saya pilih untuk mengenal sifat zuhud sebagai "accelarator".
Mungkin mafhum hadith Nabi S.A.W. di bawah boleh menceritakan hakikat kezuhudan.
"Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau musafir." (Riwayat Bukhari)
Sama-sama kita fikir-fikirkan.
wAllahu 'alam
Monday, December 14, 2009
Jangan suka / tak suka sangat
Saturday, December 12, 2009
Kasih Tuhan dalam dosa
"Kita harus pandang semua perkara dengan mata positif," saya mulakan nasihat pendek untuk adik bongsu saya. "Bukan semua perkara la Anden (short-form kepada Abang Din; begitulah ahli keluarga lain memanggil saya). Takkan dosa-dosa pun kita nak positif jugak," dia membalas.
Dosa itu positif?
Bagaimana kita boleh melihat dosa dari sudut pandang yang positif? Kerana, sekiranya kita dapat membina satu sudut pandang positif untuk perkara-perkara bersifat dosa, maka saya kira semua perkara bisa kita lihat dengan perasaan positif.
Mampu atau tidak kita menyuntik energi positif ke dalam sesuatu perkara tergantung kepada pemahaman kita tentang makna sudut pandang positif. Kita biasa mendengar orang berkata "belajarlah daripada kesilapan". Di balik kata-kata itulah terletak maksud sudut pandang positif. Pada hemat saya, memiliki sudut pandang positif ialah memiliki keupayaan untuk mencungkil nilai-nilai didikan yang pada sesuatu perkara atau peristiwa.
Nilai-nilai ini Allah yang letak atas dasar kasih-Nya kepada makhluk. Kadang-kadang nilai-nilai ini tampak terang dan nyata; pada waktu yang lain mereka terselindung. Maka, dengan definisi yang sebegini, tidak mustahil untuk kita menilai dosa-dosa dengan sudut pandang yang positif.
Kasihnya Tuhan ar-Rasheed
Definisi yang saya utarakan bukanlah sekadar hasil cetusan minda, ikut selera cita rasa sendiri. Tetapi, definisi ini saya dasarkan kepada maksud nama Allah yang Maha Mulia iaitu ar-Rasheed - Yang Maha Memberi Petunjuk. Saya yakin sifat ar-Rasheed melangkaui setiap lapisan kehidupan (level of existence), dimensi tempat, dan batasan masa.
Allahur Rasheed sentiasa mahu menunjukkan hamba-hamba-Nya ke jalan yang benar lagi selamat. Dia menetapkan pahala dan dosa semata-mata untuk menjadikan jalan yang benar itu semakin jelas. Kita menjadi lebih yakin dengan kebenaran apabila diletakkan di sisinya keburukan sebagai perbandingan. Begitu juga sebaliknya; kita menjadi lebih sangsi dengan kepalsuan apabila dilihatkan bersama dengan kepalsuan itu cahaya kebenaran. Konklusinya, Allah menetapkan dosa supaya kita cenderung kepada pahala; Allah menetapkan pahala supaya kita jauh daripada dosa.
Betapa kasihnya Tuhan kepada kita? Semoga adik saya memahami hakikat ini.
Dosa dan akibatnya
Setiap dosa ada akibatnya. Akibat boleh menjelma dalam dua bentuk. Bentuk pertama ialah kesan dosa itu terhadap diri kita dan persekitaran. Sebagai contoh, dosa mengumpat akan menjatuhkan maruah si pengumpat dan menanam benih-benih kebencian terhadap orang yang diumpat. Bentuk yang kedua ialah hukuman yang telah Tuhan tetapkan: hukuman di dunia dan hukuman di akhirat. Hukuman Tuhan di dunia berbentuk hukum hudud dan ta'zir dan di akhirat, ia berbentuk azab akhirat yang menakutkan.
Allah yang Maha Penyayang menetapkan hukuman yang dahsyat dan menakutkan untuk dosa-dosa supaya kita menjauhi perbuatan-perbuatan ini. Kerana apa Allah mahu kita jauh daripada dosa-dosa? Kerana kesan buruk dosa-dosa ini ke atas diri dan persekitaran kita. Allah mahukan hidup yang baik untuk kita. Hidup yang baik hanya boleh dicapai dengan dosa yang minimal dan pahala yang maksimal. Dan untuk sebab itu, Allah janjikan pula ganjaran yang berganda-ganda untuk perbuatan-perbuatan yang baik.
Taubat
Hapuskanlah setiap dosa yang kita lakukan dengan taubat. Susurilah pula dengan perbuatan yang membuahkan pahala. Lihatlah kasih sayang Tuhan yang tersirat di sebalik ketetapan dosa dan pahala ini. Galilah nilai-nilai didikan rabbani yang terselindung di balik hitamnya kelabu dosa, dan terangnya cahaya pahala.
wAllahu 'alam
Tuesday, December 1, 2009
Iman selalu nombor 1!
Maka, wahai saudaraku, wahai temanku, jadikan iman yang nombor 1!
wAllahu 'alam
Saturday, November 28, 2009
Namewee vs. TNB: sedikit komentar
Bengkok thought process
From the introduction of the article, I believe the writer is trying to defend Namewee. The writer begins his article with: "give a neutral evaluation of what Namewee done, if he was someone else." Konon-konon nak ajar kita bersikap objektif.
I think that this writer has a bengkok (distorted) thought process. If you're looking at Namewee's action with an objective perspective, you will quickly condemn it. No person with good understanding of right and wrong would agree with voicing discontentment in that manner.
Dear Mr. / Ms. Writer, considering your real intention, I think you should have asked us all to skew our perspective on Namewee for his previous attack on our national anthem. You should write, "This person has suffered from bad reputation of his racial work." Then, we would all think that it's expected from a person who suffers from lack of morality and bad reputation to act out of impudence.
Common scene?
I also find it difficult to believe that what happened at the TNB office in Muar last week is a common scene in Malaysia. Harrassing people with vulgar words does not really matter in legalities; but it is considered a crime in a community who upholds values and modesty. Don't ever try to make this recent verbal attack at the TNB office look easy in front of our kids. They should learn and believe that it is never okay to act out in such way.
Dear Mr. / Ms. Writer, you are talking on a fragile basis because you did not provide us with evidence. Cakap atas angin.
Only EQ?
Let's try to analyze the writer's opinion in this chunk of the article.
"But there was one phrase which I think he is lack of EQ. He said things like, "I don't want to talk to you (TNB personnel), I only talk to big shots". But it is still a common scenario of Malaysia citizen expressing without much thought."
After paragraphs of irrelevant arguments in defence of Namewee, the writer might have realized that he or she is not being objective here. Hence, he or she decided to throw in some criticisms on Namewee to cover his or her favoritism for him. That is funny of the writer.
What do you think objective means? Being objective does not mean to have the same the weight of favoritism and criticism on an issue. Being objective as defined by Oxford English Dictionary is being "not influenced by personal feelings or opinions, or being actual (I would say real)". If you want to be objective, you say "Right!" when things are right, and "Wrong!" when things are wrong.
Namewee does not only lack EQ. His whole outburst drama at the TNB office is evidence to his lack in EQ. Not just the part about he wanted to talk to the "big shots". His rap products do not have intellectual values and thus are evidence to his lack in IQ. How about his SQ? I think we can all answer that question.
Racial content from no-racist people?
Namewee's works do have racial content. And for that people easily call him a racist and that is not unexpected.
Dear Mr. / Ms. Writer, let's now learn how to be objective. To be objective in evaluating Namewee's works, we shall look only at the content of his works and disregard about his personality. One's personality will create in us feelings and perceptions towards him / her. It's difficult for us to not be influenced by our feelings and perceptions (since they lie in our brain).
Both of us (the writer and I) agree that the content of Namewee's works is very much likely to stir up racial sentiment in the society. Something that can inflame the "fire" of racism is what we call racist. Am I not right? Furthermore, do you think this kind of work will benefit the society, especially the younger generation, in any way? I don't think so. Hence, we can conclude that Namewee's works are racist and in fact, when we discuss about the effects it could have on the children, can potentially become harmful.
People vs. Namewee
What the people want from the government is probably the same with what Namewee wants. However, what he's done is not congruent with what the people believe in heart.
The fuss between Namewee and a few TNB workers.
wAllahu 'alam
Tuesday, November 24, 2009
Risk and return: by Sumayah Hasan
Risk and Return
"Every little action counts and should be treated accordingly. We have to look at our life in an objective manner to see the bigger picture. We have to check our intentions constantly, and make sure that our principal (our actions) isn’t invested in anything other than pleasing Allah (swt) or bettering our hereafter. Investing in anything else would be the worst decision you could ever make, right?"
Read more here
wAllahu 'alam
Monday, November 23, 2009
Success and failure
Success and failure sit on opposite ends. They are a classical antonym pair. Having to be at one end can do two things to you: it can superglue you there forever or it can spring you off to the other end. What will happen depends on how much positive energy you have in you.
Positive energy
Being on the top of world can bring you down into the grave of failure when you displace the positive energy with complacency. However, failing once in a while can bounce you back up, even higher than where you were before, if you are able to face the failure with positive energy.
You will continue to be a failure if you can't get the positive energy in you to propel you out of the gloom. On the other hand, you will continue to enjoy success, or even create greater ones, if you are able to maintain the positive energy in you.
wAllahu 'alam
Wednesday, November 11, 2009
Hati dan bahagia
Mari kita cari bahagia dalam solat dan taubat. Mari kita cari bahagia dengan berterima kasih kepada Tuhan. Mari kita cari bahagia di antara baris-baris kalam Ilahi. Kemudian, mari kita cari bahagia dengan memberi.Mari kita cari bahagia dengan mengembara. Mari kita cari bahagia dengan berbalas senyuman. Mari kita cari bahagia dengan bermaaf-maafan.
wAllahu 'alam
Friday, October 30, 2009
Ujian atau amaran?
Tapi kalau amaran, Tuhan mahu aku berhenti, tukar laluan.
Aku mohon Kau jelaskan, wahai Tuhan yang Maha Teliti, lagi Maha Mengetahui.
wAllahu 'alam
Saturday, October 24, 2009
Gagak pun takut dengan manusia
Pembunuhan pertama
Ada sesetengah ulama' berjenaka tentang gelagat gagak ini. Bukan begitu cara jalan asal mereka. Ini semua berlaku setelah seekor gagak menyaksikan tragedi dua anak Nabi Adam a.s: pembunuhan pertama dalam sejarah kemanusiaan.
Mungkin gagak mula berasa bimbang untuk berpijak lama di bumi setelah melihat keganasan makhluk Tuhan yang bernama manusia. Mereka dikhabarkan bahawa manusia ini akan menjadi khalifah di muka bumi, mentadbir dan menyebarkan kebaikan dan rahmat Tuhan seluruh alam. Tetapi, Qabil menampilkan perkara yang sebaliknya. Saudara sendiri dibunuhnya. Hanya kerana turutkan nafsu syahwatnya.
Terjengket-jengket
"Kemudian Allah menghantar seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya dia menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata,"Celakalah aku! Mengapa aku tidak mampu berfikir seperti burung gagak ini supaya aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Maka jadilah dia daripada golongan orang-orang yang menyesal." (al-Maidah: 31)
Mungkin semenjak detik hitam itu, gagak-gagak sentiasa mengajarkan keturunannya supaya jangan terlalu leka berpijak di bumi. Takut-takut kamu menjadi mangsa keganasan sang manusia yang tidak mungkin dijangka. Dapatlah kita lihat tabiat gagak yang berjalan terjengket-jengket di atas tanah.
Bumi tidak selamat
Dan hari ini kita melihat pembunuhan berlaku merentas segala batasan yang terlintas minda. Pertalian darah, bangsa, negara, dan agama tidak mampu menahan jenayah ini. Mungkin gagak tak patut turun ke bumi lagi. Mungkin semua burung-burung pun tidak harus turun ke bumi lagi.
Bumi ini sudah tidak selamat daripada tangan-tangan manusia. Manusia sudah punya senjata yang sangat-sangat merbahaya. Manusia sudah miskin iman. Mereka sudah hilang pedoman. Syaitan pula sekarang menjadi teman. Maka larilah keamanan, datanglah kekacauan.
Kayalah kita dengan iman. Jadilah al-Quran sebagai pedoman. Carilah salafussaleh dan ulama' sebagai teman. Mungkin nanti bersinarlah harapan. Hidup berhias semula dengan senyuman.
Dan gagak tak perlu lagi teragak-agak untuk berpijak di bumi Tuhan.
wAllahu 'alam.
Kenapa Allah beri kita Quran?
(Mengapa kitab ini diturunkan?) Supaya kamu tidak menyembah selain daripada Allah; sesungguhnya aku (Muhammad S.A.W.) ini pemberi peringatan dan juga khabar gembira dari Allah kepada kamu.
Dan, kamu hendaklah selalu memohon ampun kepada Tuhan kamu dan kemudian bertaubat kepada-Nya, nescaya kamu akan diberi nikmat yang baik-baik hinggalah pada hari yang ditentukan; dan setiap yang berbuat baik daripada kamu akan dianugerahkan kebaikan daripada-Nya; tetapi sekiranya kamu berpaling, maka aku sangat takutkan kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).
Kepada Allah-lah kamu akan kembali, dan Dia-lah yang berkuasa ke atas setiap sesuatu." (Hud: 1-4)
Putih rambut hitam Nabi
Imam Ibnu Kathir di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan bahawa ayat-ayat awal daripada surah Hud inilah yang menyebabkan putih rambut hitamnya. Mungkin kerana ayat-ayat itu padat dengan mesej akidah; mungkin juga kerana saratnya dengan sifat-sifat keagungan Allah S.A.W..
wAllahu 'alam.
Tuesday, October 20, 2009
Sebelum melelapkan mata
Saya dibesarkan dengan agama ini. Saya tidak pernah diberi pilihan. Tetapi saya sangat-sangat bersyukur saya tidak perlu membuat pilihan tentang agama. Kerana, mungkin saja saya pilih yang salah lagi menyesatkan.
Tuhan Maha Pemurah.
Jarang-jarang saya bersyukur dengan agama yang saya "ada". Takut-takut nanti ia tiada di saat maut datang menyapa. Tuhan yang Maha Kaya, biarkanlah aku pergi dengan agama-Mu yang Maha Suci.
Tuhan Maha Mengetahui.
Agama saya mengajarkan bahawa hidup ini satu ujian. Untuk kita menjadi lebih beriman. Tetapi ini hanya berlaku kepada manusia yang ingin memikirkan. Semoga Tuhan menunjukkan jalan. Jalan sehala, menuju syurga puncak bahagia.
Tuhan Maha Pemberi Petunjuk.
wAllahu 'alam
Sunday, October 18, 2009
Don't let the kids inherit our idiocy
It's already a sorrow to watch kids in other countries being killed physically with bullets. What a mishap to watch kids in this country being killed spiritually when we misdirect them about religion.
If you're a Moslem, don't teach your kids that it's haram to touch a dog. Teach that Allah wants them to be compassionate to all living organisms.
If you're a Moslem and you're planning to have kids, please educate yourself about Islam.
wAllahu 'alam
Monday, October 12, 2009
Kalau aku mati...
tolonglah mengerti,
masa di dunia mesti terhenti,
apabila Izrail datang menziarahi,
atau Israfil meniupkan sangkala dua kali.
Kalau aku mati,
tolonglah mengerti,
bahawa hari akhir itu pasti.
Tuhan jadikan mati,
supaya aku selalu rendah diri,
jiwaku tak dijajah duniawi,
pandanganku sentiasa maknawi,
perkataanku selalu membahagiakan,
perbuatanku selalu menyenangkan.
Kalau aku mati,
tolongkah mengerti,
engkau juga akan menuruti,
supaya matiku bererti.
wAllahu 'alam
Sunday, October 11, 2009
"Can't breathe without you" 2
Saya berhasrat untuk memanjangkan bicara tentang bahagian "Awas akan syirik" dan "Iman sebagai penyelesai" daripada post yang lalu.
Cinta itu Allah punya
Mungkin apabila membaca tulisan saya yang lepas, minda kita tersekat kepada gambaran situasi ber-couple. Bahagian tentang bahaya syirik itu sebenarnya masih relevan walaupun kita sudah berumahtangga. Maksud saya, walaupun pasangan kita sudah bergelar suami / isteri, belum lagi layak bagi mereka untuk kita ucapkan kata-kata cinta yang keterlaluan. Tak kiralah seindah mana pekerti pasangan kita itu; setinggi gunung mana pun pengorbanan mereka.
Kerana, pasangan kita itu pun nikmat dari Tuhan. Perasaan kasih dan sayang antara kita pun anugerah daripada Tuhan ar-Rauf. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (ar-Rum: 21)
Kahwin dan matang
Orang selalu bercakap tentang perlunya kita menjadi matang sebelum berumahtangga. Saya belum lagi berumahtangga. Tetapi saya tidak ragu-ragu untuk berkata bahawa aqidah yang sejahtera pada jiwa si suami dan isteri adalah benteng yang paling teguh untuk memelihara istana bahagia rumahtangga.
Pada pandangan saya, kebolehan untuk memanifestasikan adil adalah bukti kematangan. Ulama' menterjemahkan maksud adil sebagai "meletakkan sesuatu di tempatnya." Maksudnya, proses menilai perlu berlaku sebelum seorang melaksanakan keadilan. Jadi, adanya neraca timbang yang betul amat kritikal untuk kita berlaku adil. Apakah neraca timbang yang paling tepat? Tentulah iman jawapannya. Dan iman akan sentiasa berkata: "Apa-apa yang mendekatkan dengan Allah, itulah yang betul. Apa-apa yang menjauhkan, itulah yang salah."
Maka, bagaimana mahu matang? Berimanlah dengan sebenar-benarnya dahulu. Kemudian belajar untuk berlaku adil dalam setiap keadaan.
Jaga iman untuk jaga perkahwinan
Sekali lagi, iman adalah kunci penyelesaian. Jaga iman untuk jaga perkahwinan. Tinggikan iman untuk mengecap kebahagian. Pelihara hubungan kita dengan si dia daripada kata-kata yang menduakan Tuhan. Barulah Tuhan beri berkat. Rumahtangga dan keluarga selamat. Dunia dan akhirat. Sila periksa al-Baqarah, ayat 125 sebagai bukti daripada Yang Maha Mengetahui.
wAllahu 'alam
Saturday, October 10, 2009
Kalimah sakti
Kalimah sakti itulah kalimah yang tertinggi
Kalimah yang diutuskan melalui lidah nabi
Menumpaskan perhambaan kepada selain Yang Maha Terpuji
Meninggikan nilai hidup insani
Melepaskan belenggu-belenggu yang merantai hati
Supaya manusia saling kasih mengasihi
Dalam erti mencari cinta yang hakiki
Cinta yang satu
Kalimah sakti itulah kalimah yang satu
Dengannya akan ku taklukkan jiwaku
Supaya aku selalu tunduk pada Yang Maha Satu
Supaya tiada nestapa yang mampu menghalangkan
tiada dengki yang mampu membusukkan
dan tiada angkuh yang mampu membenamkan
jiwa yang Kau anugerahkan
Semoga akhir hayatku, dan akhir hayatmu
dimulai dengan kalimah quddus, kalimah yang satu
wAllahu 'alam
Friday, October 9, 2009
"Can't breathe without you"
Konon-konon
Saya diceritakan tentang seorang lagi sahabat yang petah bercakap tentang agama, tetapi akhir-akhir ini kelihatan tewas kepada fitnah wanita. Telinga saya agak kurang selesa mendengar kata-kata 'cinta' seperti "You're everything to me", ataupun, "I love you and only you", ataupun, "I can't breathe without you". Lebih-lebih lagi, apabila bicara-bicara ini keluar dari mulut orang-orang yang tampak seperti memahami agama dan dakwah. Tetapi tidak hakikatnya, cuma konon-konon.
Tidak keterlaluan jika saya cakap bahawa ada baur kesyirikan dalam kata-kata puitis cinta yang saya sebutkan baru tadi. "Kau segalanya untuk ku"; maka Tuhan tiada lagi untuk si pembicara kata itu. "Aku cinta kamu dan hanya kamu"; bagaiman dengan hak Rasulullah untuk cinta daripada si berkata-kata? "Kaulah udara ku"; terlupakah engkau wahai manusia akan pencipta udara hakiki yang kau hirup hari-hari?
Iman sebagai penyelesai
Sekali lagi dan buat selamanya, imanlah kunci kekalutan jiwa dalam perihal bercinta. Berkenal-kenallah dengan Allah dan rasul-Nya, bersatulah dengan kalimah tauhid yang agung, bersiap-siagalah untuk menghadapi mati dan hari yang Pasti. Nescaya, pangkat, harta, wanita dan segala yang tercipta tiada mampu memperhambakan kita. Dan mampulah kita hidup dengan jiwa yang besar dan kaya seperti sahabat-sahabat rasul yang mulia dan para salafussoleh.
wAllahu 'alam
Sunday, September 6, 2009
Kenapa masih sama?
Kurang ajar dengan Tuhan
Baru-baru ini, pada malam Hari Kemerdekaan yang ke-52, saya dan seorang sahabat baru selesai i'tikaf di Masjid Putra, Putrajaya. Tak sempat pun beberapa langkah kami keluar meninggalkan pintu gerbang masjid, mata kami terbeliak melihat pasangan-pasangan muda Melayu Islam berkesedudukan di sekitar pintu masuk masjid. Saya melihat tangan-tangan lelaki merayap meraba bahagian-bahagian sulit perempuan. Walhal di dalam masjid, masih ada jemaah yang beri'tikaf, membaca al-Quran, berwirid, solat dan sebagainya. Jijik!
Bayangkan para pembaca yang saya hormati sekalian, bagaimana boleh amal saleh dan maksiat dipisahkan oleh jarak fizikal beberapa meter sahaja? Mungkinkah ini dikeranakan oleh kelesuan dakwah dan tarbiyyah? Bahkan, itulah sebab paling mungkin.
Dichotomy
Apabila dakwah dan tarbiyyah mati, maka ummat tidak akan mampu menghubungkan dunia dan akhirat, agama dan kehidupan, fizikal dan spiritual. Mereka tidak mampu mengertikan hakikat yang dunia ini adalah ladang tanaman untuk mereka tuaikan hasilnya di akhirat nanti. Tanpa dakwah dan tarbiyyah, mustahil bagi mereka untuk menghidupkan ruh Tuhan dalam diri mereka.
"Dan kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh-Nya, dan dia menciptakan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (as-Sajdah: 9)
Akibatnya, manusia tidak mampu melihat Tuhan dalam kehidupan mereka, secara holistic. Tuhan hanya muncul dalam amalan-amalan ritual dan tempat-tempat ibadat. Natijahnya, mereka sampai hati ingkar kepada Tuhan walaupun berada beberapa inci daripada tempat-tempat ibadat yang dimuliakan.
Dakwah mati akibat FANATICISM
Persoalannya ialah kenapa dakwah dan tarbiyyah mati. Hujah yang akan saya bentangkan adalah berdasarkan pengalaman yang sedikit bersama-sama sahabat dalam kerja-kerja dakwah dan tarbiyyah. Kalau baik, silalah terima. Kalau salah minta dibetulkan. Sejak beberapa tahun kebelakangan ini, saya melihat transasi fokus dakwah daripada "dakwah ilAllah" kepada "dakwah ilal Jama'ah" (dakwah kepada Allah kepada dakwah kepada gerakan atau harakah). Apabila pola fokus dakwah ini berubah, intipati tarbiyyah pun akan ikut sama berubah. Pengasasan individu dimulakan dengan penghujahan kekuatan jemaah masing-masing, bukan penghujahan keagungan Tuhan dan keunggulan Islam. Jiwa-jiwa para pengikut diisi dengan ilmu-ilmu teknikal dakwah dan organisasi, bukan dengan asas-asas Islam.
"Syok sendiri"
Lahir daripada proses pembinaan ini golongan-golongan yang mendakwa mereka da'ie (pendakwah); walhal mereka bukanlah melainkan golongan yang syok sendiri, bersikap superior terhadap orang-orang di luar jemaah, menjadi fitnah kepada agama. Mereka menyiksa jiwa mereka dengan menghadkan pintu-pintu kebaikan; bahkan mereka sangat teruja dengan jurang-jurang perbezaan agar mereka dapat bertingkah silat menjuarakan pandangan mereka.
Bagaimana Tuhan membina agama ini?
Kaedah dakwah yang sebenar harus disandarkan kepada wahyu tentang kaedah Allah S.W.T. membina Islam. Allah S.W.T. membina agama ini dengan hujah dan bukti. Sila periksa al-Baqarah: 21-24, dan al-Baqarah: 30-34. Inilah sebab mengapa agama ini sangat kukuh dan layak berada di tempat yang tertinggi. Apakah hujah dan bukti yang Allah utarakan dalam setiap suruhan mengabdikan-Nya? Kemukjizatan al-Quran, kejadian insan, kejadian alam, keindahan warna, dan banyak lagi; itulah hujah Tuhan kepada kita. Sebagai orang yang mendakwa dirinya seorang da'ie yang membawa agama Allah S.W.T., selayaknya kita berhujah dengan hujah yang Dia bekalkan kepada kita. Kita tiada hak untuk "menjual" agama ini berhujahkan dengan kelebihan-kelebihan jema'ah kita kerana agama ini hak Allah S.W.T., bukannya hak kita.
Mari sama-sama kita insaf dan kembali kepada model pengasasan agama yang ditunjuk oleh ar-Rasul S.A.W. supaya dakwah ini mencapai tujuannya, bukan menambahkan fitnah kepada agama.
wAllahu 'alam
Wednesday, September 2, 2009
Kita harus...
supaya terperlihara hati dan rohani,
Mereka harus banyak menyendiri,
supaya Tuhan selalu dekat di hati,
Mereka harus selalu menela'ah al-Quran,
supaya menjadi syafa'at di hari Pembalasan,
Pada Tuhan, orang Mukmin harus terus mengharap,
supaya terhapus segala dosa dan silap,
Orang-orang Mukmin, mereka dan kita, harus terus-terusan beriman,
supaya tercapai Taqwa anugerah Tuhan,
sebelum menyambut Hari Lebaran.
wAllahu 'alam
Tuesday, August 25, 2009
Salam Ramadhan untuk mereka yang beriman
Universiti vs. Dusun buah vs. Bengkel
Sewaktu di sekolah saya digambarkan akan bulan Ramadhan ini sebagai sebuah "Universiti". Di akhirnya kita akan keluar sebagai "Graduan" bersijilkan "Taqwa". Pernah juga saya mendengar tazkirah yang memberi analogi "Dusun buah" kepada bulan Ramadhan. Dusun ini dipagar rapi. Tiba suatu masa, pintunya akan dibuka dan kita diberi izin oleh "Tuan" dusun untuk memungut sebanyak-banyak buah-buahan yang kita mahu. Antara analogi lain yang tentang bulan mulia ini ialah "Bengkel kereta". Di "bengkel" ini kita akan diservis setelah melalui pelbagai mehnah sepanjang 11 bulan. Di hujungnya, menjelang Eidul Fitr, kita akan kembali kepada fitrah insani, seumpama bayi yang baru dilahirkan.
Pahala berganda
Syukur selagi saya ungkapkan kepada Tuhan yang Maha Pemurah kerana saban tahun saya diingatkan oleh ayah, guru-guru, dan kawan-kawan tentang ganjaran-ganjaran yang Tuhan janjikan di bulan Ramadhan. Amalan yang sunat diganjarkan dengan pahala amalan wajib. Amalan yang wajib digandakan pahala sebanyak 70 kali. Pintu langit dibukakan seluas-luasnya. Pintu neraka ditutup seluruhnya. Syaitan dirantaikan. Tiada do'a yang tidak dimakbulkan. Dan banyak lagi kelebihan dan peluang-peluang meraih kasih dan syurga Allah S.W.T.
Beriman atau tidak?
Tapi tujuan tulisan saya kali ini bukanlah untuk membandingkan analogi yang mana yang lebih sempurna atau menuntut pembaca berkira-kira tentang pahala dalam beramal. Yang saya ingin kongsikan di sini adalah sejauh mana kita beriman dengan analogi-analogi yang kita dengar tentang kehebatan bulan Ramadhan dan sejauh mana kita berminat dengan tawaran-tawaran istimewa Allah S.W.T. sepanjang bulan yang mulia ini. Kerana keimanan kita terhadap kemuliaan bulan Ramadhan ini sebenarnya yang menentukan sekuat mana ibadah kita dalam bulan ini.
p/s: Maaf kerana tidak dapat menyambung tulisan yang lepas (tajuk fanaticism). Saya rasakan keutamaan perlu diberikan kepada isu keimanan terhadap kemuliaan Ramadhan memandangkan kita berada di dalam bulan keberkatan ini.
wAllahu 'alam
Thursday, July 30, 2009
11th International FIMA Camp, 2009
Because of logistic work, I had no chance to participate in any lecture, workshop, or any other activity throughout the camp. However, it was this logistics that bonds me with my dear Muslim brothers. Praise be to Allah, for letting me be around with my brothers from various places in the world and taste the bits of ukhuwwah with them.
I started writing this post only a few hours after this camp ended. But, I took a pause because I felt there were too many things to be shared with others. I needed to get things in order before I continued writing this entry. And of course some other things happened, interfering with my thinking and holding me from continuing writing. Finally, I got the motivation on the 5th night of Ramadhan to continue on with this post.
The lessons
Below is the list of the lessons I've learnt from the camp. I've arranged according to their importance in life.
3) Malaysian Muslims lack tarbiyyah. Proof: we don't care much about Fajr prayer.
The plan of action
I spoke about the above issues with a few friends and we've drafted a plan of action. We will learn more Makkiyah verses from the Quran to be better Mukmin. We will also search for Hadiths on descriptions of Mukmin behavior. We haven't got a better idea to solve the second issue besides showing good examples. For the last matter, dakwah is the key. And for the dakwah to be successful, it must be free from fanaticism, which will be discussed in the next entry insha Allah.
Hopefully, it won't take too long before I write again.
wAllahu 'alam
Monday, July 20, 2009
Good and evil are always objective
Pre-marital sex = ZINA
The way the Western civilization names certain things has contributed much in shaping the view of good and evil into a very subjective and circumstancial manner. Let's take one example. Pre-marital sex simply means zina. However, nowadays we talk about zina but use the term 'pre-marital sex' by which we will create the view that zina can be right in certain circumstances; while zina has always been wrong since the time of the Prophet Adam A.S..
Another good example is paranoia, which simply means to have 'buruk sangka'. All western-trained psychologist will tell you that paranoia can sometimes be good and bad at some other time. Just imagine how disharmony a family will be if only one of its member is being paranoid about the other family member.
wAllahu 'alam
Wednesday, July 15, 2009
Irony
"Throughout the 20th century, I see people leaving two religions: Christianity and Islam. One group was peaking and the other was going nowhere but downhill. The former were the Christians."
BERAKHIRNYA
"Akhir nanti, manusia akan tergolong kepada empat jenis golongan:
1) satu golongan miskin di dunia, miskin juga di akhirat,
2) satu lagi miskin di dunia, tetapi kaya di akhirat,
3) satu golongan lagi kaya di dunia, tetapi miskin di akhirat,
4) dan golongan yang terakhir kaya di dunia, juga kaya di akhirat.
Golongan yang pertama dimonopoli oleh ummat Islam yang hidup dalam abad ke-20, Rabi'atul Adawiyyah tergolong dalam golongan kedua, golongan yang ketiga dikepalai oleh pemimpin-pemimpin masyarakat kapitalis sekular, dan golongan yang terakhir disinari dengan keberadaan Saidina Uthman bin 'Affan R.A. dan Saidina Abdul Rahman bin 'Auf R.A. di kalangan mereka."
wAllahu 'alam
PPSMI: Jangan salah nilai
Sebelum berangkat ke Putrajaya malam Ahad yang lepas, sempat saya tonton perbincangan tentang PPSMI yang disiarkan secara langsung menerusi TV1. Tiga ahli panel dijemput - 1 wakil daripada Kementerian Pelajaran, 1 wakil GAPENA, dan seorang pakar bahasa. Tidak banyak percanggahan pendapat antara ahli panel jemputan. Masing-masing secara amnya bersetuju dengan pemansuhan PPSMI.
False reasoning
Yang menarik perhatian saya dan yang ingin saya kongsikan dalam penulisan kali ini ialah masalah false reasoning yang terbit daripada perbincangan pada malam itu. Saya agak terkilan kerana kegagalan logika pemikiran itu diperlihatkan oleh seorang doktor pakar pediatrik. Doktor wanita yang juga mengajar pelajar perubatan secara sambilan itu dengan bangganya memulakan bicara dengan memperkenalkan title-nya sebagai seorang doktor pakar yang dilatih di luar negara.
Dia tidak bersetuju dengan keputusan kerajaan untuk menamatkan PPSMI. Pakar pediatrik tersebut memulakan hujahnya dengan hadith ar-Rasul S.A.W. yang menyuruh supaya menuntut ilmu hatta ke negeri China. Dia cuba menafsirkan hadith tersebut, walaupun saya yakin dia tidak punyai asas Bahasa Arab yang kukuh, dengan menyatakan bahawa Rasulullah S.A.W. sendiri menggalakkan ummatnya untuk menuntut ilmu dalam bahasa asing.
Jahil sirah
Doktor ini jahil sirah rasanya. Kalau diimbas kembali, berapa ramai sahaja sahabat-sahabat nabi yang mulia yang mengembara ke negeri China. Tidak sampai ratus orang pun. Dan bagaimana transaksi ilmu berlaku antara Khilafah Islam dan negeri China? Ilmu dibawa pulang ke negeri masing-masing dan diajar dalam bahasa tempatan.
Perkara yang sama berlaku tatkala agama Islam yang tinggi datang dan didakwahkan di Tanah Melayu. Du'at dari Tanah Arab mengajarkan agama kepada beberapa orang tempatan yang akhirnya menjadi ulama' Tanah Melayu. Kemudiannya, ulama' ini menyampaikan ilmu Islam kepada rakyat jelata dalam bahasa tempatan. Mana-mana pakar bahasa tidak mungkin menidakkan kenyataan bahawa sesuatu penyampaian dan pemahaman sesuatu ilmu itu hanya dapat mencapai tahap tertinggi apabila disampaikan dalam bahasa pertama sesuatu kaum itu.
Indahnya Islam
Begitulah keindahan Islam, dakwah datang dalam masyarakat tanpa meletakkan ancaman terhadap adat, budaya, dan bahasa tempatan. Orang Melayu boleh terus menjadi orang Melayu setelah menerima Islam. Begitu juga dengan masyarakat bangsa lain. Tidak perlu belajar untuk menjadi orang Arab. Kerana sesungguhnya yang mulia di sisi Tuhan bukan orang yang berbangsa itu atau ini, tetapi mereka yang tertinggi taqwanya.
Akhir kata, saya ingin kongsikan pandangan seorang sahabat saya tentang isu PPSMI ini. Dia bertanyakan kepada saya secara rhetorik mungkinkan ada sesuatu yang lebih besar daripada isu bahasa di sebalik pergolakan PPSMI? Mungkin isu kebejatan kepimpinan?
wAllahu 'alam
Saturday, June 27, 2009
Pendirian PR tentang Kerajaan Perpaduan
Semoga mereka yang berada di atas sana terus ikhlas berbakti untuk rakyat jelata yang memerhati dari bawah.
wAllahu 'alam
Saturday, June 20, 2009
Ustaz Fathi Yakan pergi meninggalkan kita
<link>
wAllahu 'alam
Thursday, June 18, 2009
Kepimpinan Ulama' II
Sekarang mereka cuba menyerang dari arah yang berbeza. Lebih merbahaya nampak gayanya. Mereka cuba mempolemikkan isu kerajaan perpaduan. Majoriti dalam PAS menolak idea ini. Idea ini datang daripada pemikiran Presiden PAS, Tuan Guru Hj. Abdul Hadi Awang. Akhbar-akhbar mainstream cuba memaparkan bahawa kerajaan perpaduan ini hanyalah melibatkan PAS dan UMNO. Hakikatnya, gagasan Tuan Guru kita lebih besar, lebih gah.
Apabila Tuan Guru bercakap tentang unity government, Tuan Guru tidak sekadar melibatkan Umno dan PAS. Tuan Guru mencadangkan kerjsama politik secara "total" melibatkan semua pemain-pemain dalam gelanggang politik tanahair. Beliau mencadangkan sebuah kerajaan tanpa pembangkang yang menyatukan bukan sahaja orang-orang Melayu tetapi seluruh rakyat Malaysia.
Ini kerana Tuan Guru mampu mendakap realiti politik semasa yang muram dan begitu mencemaskan. Maka, demi kepentingan rakyat dan negara, beliau mencadangkan agar semua pihak mengenepikan perbezaan dan meredakan perbalahan, duduk semeja di atas satu pentas dan melahirkan sebuah kerajaan perpaduan. Kerajaan yang bersatu di bawahnya seluruh parti demi rakyat dan negara.
Di dalam perbahasan beliau di Dewan Rakyat itu beliau menyebut:
"Pendekatan dalam mewujudkan perpaduan ini mestilah memenuhi segala ciri dan sifat fitrah naluri yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Manusia bukan sahaja boleh disatukan sebagaimana menyatukan batu-bata dalam mendirikan bangunan, kayu yang mendirikan perabot tidak boleh disatukan begitu sahaja kerana manusia bukan sahaja jasad, mereka mempunyai hati perut dan perasaan. Dengan sebab itu pendekatan yang perlu diambil dalam mewujudkan perpaduan mestilah merangkumi segala aspek yang ada dalam naluri kejadian manusia itu sendiri."
Pandangan Tuan Guru ini sudah pun dibahaskan di peringkat tertinggi kepimpinan PAS dan Pakatan Rakyat. Mereka nampaknya rasa lebih selamat untuk teruskan perjuangan bersama Pakatan Rakyat. Tidak mengapa, Tuan Guru berlapang dada, menerima keputusan syura dengan yakin akan keberkatannya.Tetapi malangnya, ada dua tiga "bedul" dalam PAS tidak dapat menerima keputusan yang dibuat secara jamaei dan mereka mula merencana plan secara senyap untuk menyatukan PAS dan UMNO. Mursyidul Am PAS sudah memberikan amaran, kalau masih mahu bersama dengan UMNO, keluar sahaja daripada PAS.
Pada pandangan saya, ada dalam rencana "bedul-bedul" ini yang mahukan lebih pangkat dan kuasa. Dalam Pakatan Rakyat, nampaknya pembahagian kuasa kurang memihak kepada PAS yang dilihat sebagai "parti tua". Daripada segi titik keringat, sungguh tak terbayar pengorbanan ahli-ahli PAS. Tetapi, bagi pendokong-pendokong PAS yang selesai tarbiyyahnya, mereka pasti faham bahawa perjuangan ini bukan bermatlamatkan kerusi-kerusi Parlimen dan Dewan Undangan Negeri. Perjuangan ini bermatlamatkan hukum Tuhan berada di tempat yang teratas. Andai kata DAP sekalipun yang memegang majoriti tampuk pemerintahan negara, tetapi mereka bersetuju melaksanakan hukum Tuhan di bumi Malaysia ini, kita tidak akan menentang. Parti, kerusi Parlimen dan DUN, semua ini hanyalah wadah, bukanlah matlamat. Sangat harus berhati-hati akan belitan iblis dalam perjuangan politik yang sebegini.
wAllahu 'alam
Tuesday, June 16, 2009
Hati yang hitam
Makanan hati hanyalah cahaya. Cahaya adalah wahyu Tuhan yang Satu.
Kita perlu cepat sedar apabila hati kita tidak cukup makan. Tanda hati yang kebuluran adalah warnanya yang hitam. Hati jadi hitam kerana dosa. Dosa akibat angkara indera yang lima. Dosa membalut, menghalang cahaya daripada Tuhan yang Maha Memberi Petunjuk. Tinggallah hati dalam kegelapan. Hasilnya, sedikit demi sedikit daripada bahagian hati mati kelaparan. Akan-akan pathogenesis serangan jantung.
Hati yang mati tidak dapat memandu anggota tubuh. Anggota tubuh jadi tak tentu hala. Melakukan perkara-perkara yang merosakkan. Merosakkan persekitaran dan dirinya sendiri.
Hanya Tuhan, dan hanya Tuhan sahaja yang mampu mensucikan hati. Dengan kekuasaannya. Tapi kita harus kembali menyusuri jalan taubat. Mencukupkan syarat taubat yang tiga: meninggalkan perbuatan dosa, menyesali akan terjebaknya kita ke dalamnya, dan membenci untuk mengulangi perbuatan itu seperti bencinya kita dicampakkan ke dalam api neraka. Di hujung jalan ini, hati akan kembali segar dihidupkan Nur hidayah dan taufiq daripada sisi Allah ar-Rashid.
Semoga Allah S.W.T. menerima taubat kita.
wAllahu 'alam
Saturday, May 30, 2009
Selamat Hari Lahir untuk Bonda
Setiap kali tibanya hari ulang tahun untuk mana-mana ibu, sudah pasti anak-anak mereka sibuk memikirkan hadiah apa yang harus dihulur. Pernah aku bersikap demikian. Tetapi suatu ketika dalam aku sibuk mencari hadiah ulang tahun untuk bonda, aku terfikir, adakah hadiah yang sekecil ini layak untuk bonda?
Ramai anak-anak muda yang merasakan mereka cukup berdosa andai kata mereka terlupa akan hari lahir ibubapa mereka. Tetapi mereka tidak berasa apa-apa, apabila mereka lupakan nasihat-nasihat orang tua mereka ketika mereka meninggalkan solat lima waktu, terlanjur melakukan zina, menghabiskan masa di kelab-kelab malam, merosakkan diri mereka dengan dadah, dan sebagainya.
wAllahu 'alam
Friday, May 29, 2009
Suu Kyi may not survive imprisonment
The National League of Democracy (NLD), the political party led by Suu Kyi, has warned the world about Suu Kyi's deteriorating health condition and is urging for immediate medical attention. The military junta's foreign ministry said in a press statement a few days ago that the NLD leader is provided with "adequate medical care".
Ms. Suu Kyi is one of many heroic symbols of world peace (the Prophet PBUH, Nelson Mandela, Martin Lurther King are among the others). She, who is now 63, has undergone years of injustice and persecution in her fight to bring democracy to Burma. In 1988, she said, "I could not, as my father's daughter, remain indifferent to what is going on". Suu Kyi is a daugther General Aung San, the general of Burma Independence Army.
What is there to learn about this remarkable lady? I've learnt the important essence in the process of inducing change from Suu Kyi's 19 years of struggle of democracy: determination (tekad yang bulat) and sacrifice (harga yang perlu dibayar). Determination is achieved when your belief burningly lives in you and sacrifice is done by paying the price of changing the status quo.
Let's look at one scenario to see this essence in practice.
The government has been trying to wipe corruptions (rasuah) out for almost a decade. Until now, little change is seen. The change that is to be brought about involves all levels of the society. This is where determination plays its role. Every single member of the society (the prime minister, the mayors, the clerks, the janitors) ought to believe that it's a heinous crime to involve in any kind of corruption. Once this is achieved, we now embody the determination we need to effect the change.
What about the sacrifice? As I have mentioned earlier, this change would have to be brought around to everyone. We all have the obligation to pay the price to free ourselves from corruption i.e. we must be willing to 'sacrifice' the corrupted society members regardless of their status and relation to us. What we are doing now is only eradicating bribery cases that are worth less than RM 10K. We don't have the guts to deal with cases that amount to millions of ringgit .We are still not willing to do the sacrifice required to achieve the change that we long for.
Suu Kyi's pursuit of a democratic country has had the determination and done the sacrifice. The determination was proven when the NLD successfully won the general election in 1990 and Suu Kyi has sacrificed 13 years of her freedom so the fight will remain persistent.
wAllahu 'alam
Wednesday, May 27, 2009
Apa erti kita ke Dungun
2 minggu lepas kami ke Dungun untuk mengadakan satu karnival kesihatan. Kami menggunakan Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Dungun untuk tujuan itu. Secara keseluruhannya, program berjalan dengan baik. Tiada halangan yang betul-betul mencabar.
Cuma saya sedikit frustrated (bukan frust) dengan sikap dan thought process yang ditunjukkan oleh sebahagian daripada penganjur program. Pembohonglah saya sekiranya saya mengatakan bahawa karnival kesihatan ini berjalan dengan zero problem. Sudah fitrah manusia itu terlanjur melakukan kesilapan dan Tuhan anugerahkan akal pemikiran untuk menelaah kesilapan-kesilapan tersebut, bukan untuk menjawab persoalan "siapa", tetapi lebih kepada persoalan "kenapa" dan "bagaimana".
Ini dilema orang-orang Melayu Islam secara amnya. Terlalu fokus kepada mencari jawapan kepada "siapa punya angkara" supaya punya cerita untuk diumpat di meja makan. Kadang-kadang saya kasihan melihat perkara ini di kalangan masyarakat bangsa sendiri. Terlalu desperate mencari salah orang supaya diri dapat merasa superiority. Sehingga, mereka terlupa untuk menggali punca masalah daripada peringkat akar umbi. Tanpa menjawab persoalan "kenapa", adalah mustahil bagi kita untuk menghurai persoalan "bagaimana" (mencari jalan penyelesaian, pencegahan, dan sebagainya).
Sampai bila kita akan berada di takuk lama? Sampai bila baru kita mahu belajar membina sikap dan thought process yang cemerlang?
wAllahu 'alam
Monday, May 11, 2009
Nizar Restored as Perak MB!
KUALA LUMPUR: The High Court here ruled on Monday that Datuk Seri Mohammad Nizar Jamaluddin is the rightful Perak Mentri Besar, and not Barisan Nasional’s Datuk Seri Dr Zambry Abdul Kadir.
“This is a great day for the rakyat (people) because the Law and the Constitution are the true winners,” Nizar said in a statement.
Zambry said he would apply for a stay pending appeal. This was immediately rejected by the court.
The court also ordered Zambry and the six executive councillors he had appointed to vacate their office.
Source: THE STAR
*I have to quote from the Star because harakahdaily.net is currently heavily congested.
Sunday, May 10, 2009
Kepimpinan Ulama'
Tidak mengejutkan bahawa isu ulama' vs. profesional menjadi pilihan. Pilihan yang berkesan, pada pendapat saya. Mereka dapat mencucuk sentimen agar tercetusnya fraction dalam parti daripada kalangan ahli parti dan sekaligus menimbulkan persoalan tentang kemunasabahan kepimpinan ulama. Saya tidak mahir tentang realiti dalam PAS. Tidak tahu jika benar wujud fraction yang disebut-sebut. Jadi, saya tidak harus menghurai tentang itu. Jika benar ada fraction, haruslah diurus dengan teliti supaya perbezaan yang berlaku hanya mengarah kepada persaingan yang sihat. Persaingan yang menjana hikmah dan bijaksana di kalangan ahli-ahli dalam parti.
Mari kita tumpukan perhatian kepada persoalan validity kepimpina ulama'. Isu ini mudah untuk dijawab. Hanya perlu logika yang sihat dan disandarkan pada dalil syariat. Perhatikan hadis di bawah.
"Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar." (Hadis riwayat Abu Dawud, at-Tarmidzi, al-Baihaqi, dan ibn Hibban)
Ar-Rasul S.A.W. telah menetapkan bahawa golongan ulama' yang akan mewarisi kerja-kerja baginda, mewarisi perjuangan agama yang tidak akan padam sehingga sangkakala pertama ditiupkan sang Israfil. Apakah kerja-kerja Nabi? Adakah Nabi hanya mengajarkan agama, tetapi tidak memimpin ummat? Adakah Nabi tidak mengetuai angkatan perang? Adakah Nabi tidak menurunkan tandatangan bagi perjanjian-perjanjian negara Islam dengan kumpulan-kumpulan lain? Soalan-soalan ini sudah cukup untuk menjawab persoalan validity kepimpinan ulama' pada masa ini. (Pendapat saya ini saya sandarkan kepada pandangan seorang muhaddith, al-Hafizh Ibn Hajar; beliau menafsirkan keratan hadith dalam bold bahwa orang yang mewarisi menempati kedudukan yang diwarisi berserta hukum pada posisi yang ia gantikan.)
Perhatikan pula potongan ayat al-Quran di bawah.
"Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, diwariskannya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya di kalangan hamba-hamba-Nya; dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang bertaqwa." (al-A'raf: 128)
Hakikat yang harus difahami bahawa bumi ini adalah kepunyaan Allah S.W.T.. Dan Dia akan mewariskan atau mewakilkan pentadbiran bumi ini kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya di kalangan manusia. Satu lagi hakikat yang perlu dihayati ialah bahawa manusia seluruhnya hanyalah hamba kepada Allah S.W.T..
Oleh yang demikian, adakah kita yang hanya merupakan hamba kepada Pemilik bumi ini berhak untuk mentadbir bumi yang kita tiada sedikit hak pun ke atasnya, sewenang-wenangnya mengikut selera kita? Selayaknya tanggungjawab khilafah yang diberikan oleh Pemilik bumi ini dilaksanakan mengikut panduan wahyu daripada kalam Tuhan yang Maha Suci.
Seterusnya mari kita persoalkan, siapakah di kalangan kita yang paling layak mewarisi khilafah bumi ini? Bukankah mereka yang paling arif tentang makna kalam Tuhan adalah yang paling layak untuk diwariskan kepada mereka kepimpinan dunia, lantaran merekalah yang paling memahami kehendak Tuhan ke atas bumi ini?
Sebagai nota akhir, saya kurang bersetuju dengan usaha-usaha yang ingin melukis satu garisan yang betul-betul jelas supaya mudah dilabel seseorang itu sebagai ulama'. Kerana, saya melihat usaha ini akan menyemai lagi budaya dichotomy dalam masyarakat negara ini. Walhal, yang kita perlukan hari ini adalah penyepaduan ilmu akhirat dan dunia dalam melahirkan kepimpinan.
Mulakan pendidikan anak-anak dengan mengenal siapa Tuhan mereka, sebab dan tujuan kelahiran mereka, ilmu al-Quran, bahasa Arab dan asas-asas halal dan haram dalam agama. Insha Allah, hati akan menjadi terang. Ilmu dunia yang akan menyusul pasti dapat dikuasai dengan hebat. Pelaksanaannya juga bertepatan dengan kehendak sebenar Rabb yang Maha Mencipta.
wAllahu 'alam
Friday, May 8, 2009
Ukur kuat suatu ummat
Saya kurang suka untuk menggunakan perkataan disiplin dalam kalam saya yang seterusnya kerana saya berniat untuk focus tentang permasalahan kekuatan ummat Islam. Kerana, Islam mengajar tentang ancaman hawa nafsu.
Jadi, persoalan di sini, di manakah tahap kekuatan ummat Islam di Malaysia pada hari ini? Bagaimana harus kita nilaikan?
Seperti yang telah saya utarakan di awal kata tadi, kekuatan suatu ummat itu harus disemak pada kekuatan ahlinya mengatasi hawa nafsu. Bagaimana mungkin untuk kita menganalisis sejauh mana ummat Islam sudah mampu mengatasi hawa nafsu? Mudah saja. Anda bangun awal pagi, dalam lingkungan 15 minit sebelum pukul 6. Pergilah ke mana-mana surau yang berdekatan. Dan lihatlah bilangan pemuda-pemuda yang berada di sana untuk menghadapkan diri di hadapan Penguasa Seluruh Semesta, mensyukuri hari baru yang dikurnia, untuk terus menjadi hamba.
Kekuatan ummat Islam boleh diukur dengan ketabahan mereka menangkis selimut dan bantal di waktu awal pagi untuk melangkah ke masjid menunaikan fardhu Subuh. Semoga Allah mengembalikan kemuliaan Islam di Malaysia dengan segera.
wAllahu 'alam